Hari
ini saya berkunjung kesebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang
sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari
sebuah universitas ternama. Anaknya adalah seorang anak perempuan yang
manis, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka
sebagai buah tangan.
Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya..
" bu siti Ÿªä?" ( bukan nama sebenarnya) "iya " jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
" Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapaa?"
" Kalau do'a masuk kamar mandi?"
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya dikelas,
Ada
senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian
menyanyikan lagu 5x5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
" bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi kesekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?.."
Lucu?? Pintar?? Cerdas??.. mungkin itu juga yang ada dibenak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun
selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya.
Ÿªä.. saya turut prihatin dengan penyakit yang sedang diderita oleh
anaknya. Penyakit apakah gerangan? Yang pasti bukan sembarang penyakit
seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman teman, karena saya berkunjung bukan dirumah sakit biasa, saya sedang berada dirumah sakit jiwa..
Ya.. sebuah Rumah Sakit Jiwa dikawasan Jakarta Timur.
Apa yang sebenarnya terjadi??
Minggu-minggu
terakhir ini sang anak sangat suka menangis. Kalau ditanya apa
saja...jawabnya sering ngelantur, "7" "24:6 =4...""how are you" , dan
jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya
mengajar.
Menurut
psikolog , anak ini terlalu d forsir..dia mengikuti les matematika d
k**** yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les
bahasa inggris,terus sekolah, les mengaji dan lain - lain sehingga
mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si
anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh
orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran
mengaji.. "apa ini?huruf....hijaiyyah.." jadi dia menirukan gaya
gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung
tertekan.
Yang lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, Si anak cuma bilang..
"bunda jgn nangis..aku kan pinter..tp aku ga mau tidur sama bunda yaaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja.."
Dia memang tinggal di kamar vip.. jadi memang ada dokter yg mengawani sehari- hari
Dan ternyata ada 5 anak kecil yang masuk rsj itu.. tapi dia yg paling kecil..sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..
Hanya dia sendiri yang mengalami gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar..
Sungguh kasihaaan
Pelajaran
berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan
perkembangan anak, usia tk adalah usia bermain , belajarpun harus
melalui permainan dan jangan korbankan anak-anak kita karena ambisi
orangtuanya ..biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil
yang terindah untuk mereka!
Stop eksploitasi anak demi ambisi orang tua agar tidak muncul generasi marshanda! (SUMBER : tipspendidikananak,com)