SUATU ketika, bertanyalah seorang ibu pada putri kesayangannya.
Ibu: “Nak, mengapa dirimu tidak mau mengenakan jilbab?”
Putri: “Ini musim kemarau, panas matahari menyengat. Kalau pakai jilbab nanti rambutku rusak, Bu.”
Ibu menatap putrinya sembari tersenyum.
Ibu: “Lalu mengapa dirimu gemar memakai rok mini dan baju ketat saat berpergian ke luar rumah?”
Putri: “Namanya juga anak muda, supaya terlihat modis seperti yang lain, ah Ibu tidak mengikuti perkembangan zaman sih.”
Ibu: “Boleh minta tolong ambilkan air panas satu cangkir kecil…”
Putri: (Mengambil air yang diminta ibunya) “Untuk apa, Bu?”
Ibu: “Sekarang pejamkan matamu, nanti dirimu paham gunanya apa.”
Sang putri memejamkan mata, dengan tangan gemetar, sang Ibu menyiramkan air panas itu ke kepala putrinya.
Putri: “Aaakhhh… panas, Bu. Mengapa Ibu melakukan ini, Ibu sungguh kejam.”
Ibu:
 “Terasa panas? Itu karena dirimu tidak berhijab, jika diumpamakan 
cahaya matahari niscaya yang tidak mengunakan jilbab jauh lebih 
tersengat panasnya. Sebab teriknya langsung menyentuh kulitmu, bukankah 
begitu?”
Sang Putri terdiam.
Ibu:
 “Anakku, itu baru air panas, coba bayangkan apa jadinya kalau yang 
diguyurkan di kepalamu ialah bara api neraka jahannam? Itulah balasan 
bagi kaum yang suka memamerkan auratnya di akhirat kelak.”
Keadaan hening sejenak…
Ibu:
 “Perihal rok mini dan baju ketat yang dirimu katakan perkembangan 
zaman, justru budaya nyaris telanjang itu sudah ada sejak zaman 
purbakala. Lagipula, ini zaman modern, mau masuk toilet saja bayar 
seribu rupiah, kenapa auratmu malah dipertontonkan secara gratisan. 
Bukankah itu menunjukkan dirimu perempuan murahan?”
Sang putri menangis, ada sesal yang menyentuh jiwanya.
Putri: “Maafkan aku, Bu. Kumohon, ajari aku berhijab…”
 