Pages

Sunday, August 30, 2015

Bagaimana Hukum Menikahi dan Menikahkan Wanita Yang Hamil Diluar Nikah?


Bagaimana hukum menikahi dan menikahkan wanita yang hamil di luar nikah? 

Jawab:
Menikah dengan wanita hamil ada dua kemungkinan. Pertama: wanita tersebut adalah pasangan zina pria yang hendak menikahi dirinya. Kedua: wanita tersebut bukan pasangannya, atau hamil karena berhubungan badan dengan orang lain.
Bagi wanita yang hamil karena zina, baik zina dengan pasangan yang hendak menikahinya, atau zina dengan orang lain, maka hukum menikahinya ada tiga pendapat.
Pertama: haram dinikahi. Ini merupakan pendapat mazhab Maliki, Abu Yusuf dan Zafar dari mazhab Hanafi;1 termasuk Ibn Taimiyah dan muridnya, Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah.
Kedua: boleh dinikahi tanpa syarat. Ini merupakan pendapat Abu Hanifah dan Muhammad dari mazhab Hanafi, dan mazhab Syafii.2

Ketiga: boleh dinikahi dengan syarat: (1) kehamilannya telah berakhir atau habis masa ‘iddah-nya; (2) bertobat dengan tobatan nashuha. Ini merupakan pendapat mazhab Hanbali.3


1. Dalil Kelompok Pertama:

Pertama: firman Allah SWT:
الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Laki-laki pezina tidak mengawini melainkan perempuan pezina, atau perempuan musyrik; dan perempuan pezina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik. Yang demikian diharamkan atas orang-orang Mukmin.” (QS an-Nur [24]: 3).
Syaikh al-Islam, Ibn Taimiyah berkata, “Mengenai keharaman (menikahi) wanita perempuan yang berzina telah dibahas oleh para fuqaha’, baik dari kalangan pengikut Imam Ahmad maupun yang lain. Dalam hal ini, terdapat riwayat dari para generasi terdahulu. Sekalipun para fuqaha’ memperselisihkannya, bagi yang membolehkannya, tidak ada satu pun yang bisa dijadikan pijakan.”
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah berkata, “Hukum menikahi wanita pezina telah dinyatakan keharamannya oleh Allah dengan tegas dalam surat an-Nur. Allah memberitahukan, bahwa siapa saja yang menikahinya, bisa jadi sama-sama pezina atau musyrik. Adakalanya orang terikat dengan hukum-Nya serta mengimani kewajiban-Nya kepada dirinya atau tidak. Jika tidak terikat dan tidak mengimaninya, maka dia musyrik. Jika terikat dan mengimani kewajiban-Nya, tetapi menyalahinya, maka dia disebut pezina. Kemudian Allah dengan tegas menyatakan keharamannya: Yang demikian diharamkan atas orang-orang Mukmin (QS an-Nur [24]: 3).”

Kedua: Hadis Nabi saw. yang menyatakan:
لاَ تُوْطَأُ حَامِلٌ حَتَّى تَضَعَ
“Wanita hamil tidak boleh disetubuhi hingga dia melahirkan (bayinya) (HR Abu Dawud dan al-Hakim. Hadis ini disahihkan oleh al-Hakim).”
Ketiga: riwayat Said bin al-Musayyib yang menyatakan bahwa:pernah ada seorang pria menikahi wanita. Ketika dia menjumpai wanita itu telah hamil maka dia mengadukannya kepada Nabi saw. Baginda pun menceraikan keduanya.” 4
Keempat: sabda Nabi saw. yang menyatakan:
لاَ يَحِلُّ لاِمْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يُسْقِيَ مَاءَهُ زَرْعَ غَيْرِهِ
“Tidaklah halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menumpahkan air maninya ke dalam tanaman (air mani) orang lain.” (HR Abu Dawud).
Selain itu, kelompok ini berpendapat bahwa pernikahan itu merupakan perkara suci. Di antara kesuciannya adalah agar kesucian tersebut tidak dituangkan ke dalam ma’ saffah (air zina) sehingga bercampur yang halal dengan haram. Dengan begitu, air kehinaan bercampur aduk dengan air kemuliaan.5 Mazhab Maliki juga beragumen dengan pendapat Ibn Mas’ud ra. yang menyatakan,
“Jika seorang pria berzina dengan seorang wanita, kemudian setelah itu dia menikahinya, maka keduanya telah berzina selama-lamanya.” 6

2. Dalil Kelompok Kedua:
Pertama: Firman Allah SWT:
وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ
“Telah dihalalkan bagi kalian yang demikian, (yaitu) mencari istri-istri dengan harta kalian untuk dikawini, bukan untuk berzina.” (QS an-Nisa’ [4]: 24).
Kedua: Hadis penuturan Aisyah ra. yang menyatakan:
لاَ يُحَرِّمُ الْحَرَامُ الْحَلاَلَ
“Perkara yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal.”
Ketiga: Ijmak Sahabat. Telah diriwayatkan dari Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Ibn Umar, Ibn ‘Abbas dan Jabir ra., bahwa Abu Bakar berkata, “Jika seorang pria berzina dengan wanita, maka tidak haram bagi dirinya untuk menikahinya.”
Demikian juga telah diriwayatkan dari ‘Umar, “Seorang pria telah menikahi wanita. Wanita itu mempunyai anak laki-laki dan perempuan yang berbeda ayah. Anak laki-lakinya melakukan maksiat dengan anak perempuannya, kemudian tampak hamil. Ketika ‘Umar datang ke Makkah, kasus itu disampaikan kepadanya. ‘Umar pun menanyai keduanya, dan keduanya mengakui. ‘Umar mencambuk keduanya dengan sanksi cambuk, lalu menawarkan keduanya untuk hidup bersama, namun anak laki-laki tersebut menolaknya.” 7

3. Dalil Kelompok Ketiga.
Pertama: firman Allah SWT:
الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Laki-laki pezina tidak mengawini melainkan perempuan pezina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan pezina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik. Yang demikian diharamkan atas orang-orang Mukmin.” (QS an-Nur [24]: 3).
Alasannya, keharaman menikahi wanita pezina di dalam ayat tersebut berlaku bagi yang belum bertobat, namun setelah bertobat larangan tersebut hilang. Sebabnya, ada Hadis Nabi saw. yang menyatakan:
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَه
“Orang yang bertobat dari dosa statusnya sama dengan orang yang tidak mempunyai dosa.” (Dikeluarkan oleh Ibn Qudamah dalam kitabnya, Al-Mughni).8
Kedua: Hadis penuturan Abi Said al-Khudri yang statusnya marfu’. Dalam hadis tersebut dinyatakan:
لاَ تُوْطَأُ حَامِلٌ حَتَّى تَضَعَ
“Wanita hamil tidak boleh disetubuhi hingga dia melahirkan (bayinya).” (HR Abu Dawud dan al-Hakim. Hadis ini disahihkan oleh al-Hakim)

Dari ketiga pendapat di atas, menurut hemat kami, pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang dikemukakan oleh mazhab Hanbali, yang menyatakan, bahwa hukum menikahi wanita hamil dibolehkan dengan syarat: 

1. Kehamilannya telah berakhir, atau masa ‘iddah-nya habis.
2. Bertobat dengan tobat nashuha.
Adapun yang menikahinya, boleh saja pasangan zinanya, atau bukan. Tentu setelah wanita tersebut bertobat, karena tobatnya telah menghapuskan kesalahan yang telah dilakukannya. Dengan catatan, jika tobatnya dilakukan dengan tobat nashuha.
Sebab, pernikahan adalah ikatan suci yang membawa konsekuensi:
Pertama, nasab. Orang yang menikahi wanita, kemudian dari wanita itu lahir anak, maka pernikahan yang sah tersebut menjamin keabsahan nasabnya.
Kedua, perwalian. Anak mempunyai hak perwalian, baik terhadap harta maupun dirinya.
Ketiga, waris. Dengan adanya nasab, status hukum waris menjadi jelas. Karena itu, syarat istibra’ (bersihnya rahim wanita) setelah masa ‘iddah, merupakan kunci. Jika tidak, maka status janin yang ada di dalamnya tidak akan diketahui. WalLahu a’lam. (fastabiq)

Yuk Teladani Cara Rasulullah Menjaga Kesehatan

SEMASA hidupnya, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam jarang sakit karena beliau mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam selalu tampil fit, sehat dan jarang sakit, antara lain :


Pertama, selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut rasulullah, kecuali makanan yang halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan saluran pencernaan. Rasul bersabda,” Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran”(HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). Hal ini sebagaimana sabda rasulullah,”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Ketiga, makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Cara makan seperti ini akan menghindarkan seseorang dari tersedak ataupun tergigit. Makanan bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan lebih ringan. Dari segi medis, makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.

Keempat, tidak meniup makanan/minuman panas. Dalam Hadits, Ibnu Abbas meriwayatkan “Bahwasanya Rasulullah SAW melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). Secara teori ilmiah, hadits Rasulullah tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila kita menghembuskan nafas pada minuman, kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), yang apabila bercampur dengan air (H2O), akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, sehingga menyebabkan minuman itu menjadi acidic (bersifat asam). Bila kebiasaan ini berlangsung dalam waktu lama akan dapat merusak kinerja ginjal serta dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Kelima, Tidak makan/minum sambil berdiri. Dari Anas bin Malik ra dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam bahwasanya beliau melarang seseorang untuk minum dengan berdiri. Qatadah bertanya kepada Anas, “Bagaimana kalau makan ?” Anas menjawab, “Kalau makan dengan berdiri itu lebih jelek dan lebih buruk.” (HR Muslim). Jika kita minum sambil berdiri, air yang kita minum akan meluncur langsung menuju kandung kemih tanpa disaring terlebih dahulu oleh sistem dalam tubuh. Akibatnya akan terjadi pengendapan disaluran ureter. Endapan ini bila semakin dapat menyebabkan penyakit kristal ginjal atau batu ginjal.

Keenam, cepat tidur dan cepat bangun. Rasulullah biasa tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Kemudian beliau bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan.

• Cara tidurnya pun penuh makna. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional. Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke liver, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung.

Ketujuh, istiqomah melakukan puasa sunnah, di luar puasa Ramadhan. Ada beberapa puasa sunnah yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, puasa Daud, puasa enam hari di bulan Syawal, dsb. puasa adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun rohani. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi atau pembersihan racun dalam tubuh.

Sumber : Ebook Kultum Ramadhan

Sakit? Tak Usah Risau, Ini Keistimewaannya untuk Anda



HIDUP ini tak akan selamanya berada dalam sehat jasmani dan rohani. Ada kalanya Anda pun akan merasakan sakit, walau itu hanya tertusuk duri. Karena sakit itu pasti akan menimpa setiap manusia. Bahkan, Rasulullah pun pernah merasakannya.

Banyak orang yang berputus asa karena rasa sakitnya yang dideritanya. Mereka banyak mengeluh dengan apa yang dirasakannya. Bahkan, ada pula orang yang menganggap bahwa Allah, yang menciptakannya tidak berbuat adil padanya. Naudzubillah. 

Tahukah Anda, bahwa ternyata orang yang sakit itu memiliki keistimewaan tertentu. Apakah itu?

Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Rintihan orang yang sakit itu (dicatat sebagai) tasbih, jeritannya (dicatat sebagai) tahlil, nafasnya (dicatat sebagai) shadaqah, tidurnya (dicatat sebagai) ibadah, bolak baliknya dari satu sisi ke sisi yang lain (dicatat sebagai) jihad di jalan Allah, dan dicatatkan baginya sebaik-baik apa yang biasa ia kerjakan di waktu sehat.”

Subhanallah, itulah keistimewaan yang diperoleh oleh orang yang sakit. Hanya saja, keistimewaan itu tidak akan diperoleh jikalau rasa sakit yang diterima, dirasakan sebagai beban kehidupan. Jika ia yakin bahwa penyakit itu datangnya dari Allah, dan Allah ingin menguji kita, dan kita menerimanya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, maka insya Allah, kita akan memperoleh keistimewaan tersebut. Wallahu ‘alam.

1000 ORANG LANGSUNG BERHENTI MEROKOK SETELAH MEMBACA INI ! AAMIIN...

 
 
Apakah Anda seorang perokok? Jika iya, mungkin Anda juga termasuk orang yang ikut mengatakan bahwa "rokok" bukanlah sesuatu yang haram. Dan mungkin, Anda juga orang yang termasuk "ngeyel" ketika ada orang lain yang mengingatkan Anda untuk tidak merokok lagi.

"Ngerokok ataupun tidak, toh semua orang pasti meninggal! Tuh buktinya si Fulan yang gak ngerokok meninggal juga karena kepleset daun pisang!" 
Ini salah satu sampel jargon yang sering dipakai perokok untuk "ngeles". Buat para perokok, cobalah Anda baca percakapan ini! Semoga dapat meberubah pikiran Anda terhadap rokok

ROKOK !!

GURU : “Syeikh, menurut saya rokok itu tidak haram.”

Syeikh : “Kenapa?”

Guru : “Tak ada dalilnya. Saya ingin tahu, satu ayat saja yang menyebutkan ‘diharamkan atas kalian rokok’.”
Syeikh : “Apakah Anda makan jeruk, apel, maupun pisang?”


Guru : “Iya.”


Syeikh : Apakah” ada ayat yang menyebutkan bahwa jeruk, apel maupun pisang itu halal?”


Guru : “Tidak ada.”


Syeikh : “Bagaimana
tidak ada, bagaimana Al Qur’an tidak menyebutkan mana yang halal dan mana yang haram, padahal Qur’an itu pedoman umat. Coba perhatikan firman Allah Ta’ala dalam surat al-A’raf : (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan MENGHALALKAN bagi mereka segala yang BAIK dan MENGHARAMKAN bagi mereka segala yang BURUK..(QS al A’raf 157).”
“Maka segala yang baik semisal daging, jeruk, apel, susu dan lain lain itu termasuk yang baik-baik sehingga termasuk yang dihalalkan. Adapun yang buruk-buruk, maka Allah mengharamkannya.”

Guru : “Menurut kami, rokok itu termasuk thayyibaat (yang baik-baik), meskipun menurut Anda tidak baik.”


Syeikh : “Anda punya istri?”


Guru : “Ya…”


Syeikh : “Anda punya anak?”


Guru : “Ya …”


Syeikh : “Jika kaulihat anakmu mengunyah permen, apakah kamu ridha?”


Guru : “Ya, tidak masalah…”


Syeikh : “Kalau kaulihat anakmu sedang menghisap rokok, apakah kamu ridha?”


Guru : “Tidak…”


Syeikh : “Kenapa?”


Guru : “Karena itu tidak baik (yakni termasuk sesuatu yang buruk). Jika itu sesuatu buruk, bukankah masuk yang haram? Bagaimana pula jika yang merokok itu istrimu?”

Tiba-tiba sang guru mengeluarkan bungkusan rokok dari sakunya, ia meremas dengan tangannya lalu menginjak dengan kakinya, lalu ia berkata, “Mulai sekarang wahai Syeikh, saya bertaubat kepada Allah dari rokok.”



*******


Judul nya sengaja saya bikin "Lebay" bukan untuk sensasi tapi lebih untuk "DOA" saya agar para orang tua yg masih merokok, segera stop kebiasaan buruk nya tersebut demi orang-orang yg kita sayangi.  AAMIIN...

Inilah Hikmah di Balik Rumah Tangga Tanpa Anak

SEDIH
Kita semua pernah merasakan sebagai anak bagi kedua orang tua kita. Terlepas dari apakah sekarang kita telah berumah tangga dan telah memiliki anak atau bahkan cucu, maupun kita belum memilikinya. Yang pasti, kita telah berpengalaman bagaimana kehadiran kita di antara kedua orang tua benar-benar menambah kebahagiaan mereka. Dengan demikian benarlah bila anak disebut juga sebagai qurrata a’yun, yang berarti penyejuk pandangan mata bagi kedua orang tuanya. Dari pengalaman seperti itulah, kita yang telah berumah tangga begitu sangat mendambakan hadirnya seorang anak di tengah-tengah keluarga.
Selain itu memang Allah ‘Azza wa jalla telah menganugerahkan fitrah bahwa kita butuh kepada seorang pasangan agar beranak-pinak dan melanjutkan perjuangan ibadah kita kepada-Nya. Tidak hanya anugerah fitrah ingin hidup berumah tangga untuk melestarikan jenis manusia saja, namun Dia ‘Azza wa jalla juga memerintahkan agar pasutri senantiasa mengharap anak tatkala bersenang-senang bersama pasangannya. Dia ‘Azza wa jalla berfirman:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu (yaitu anak[1]).” (QS al-Baqarah: 187)
Sehingga wajar bila seluruh pasutri yang benar tujuan pernikahannya sangat berharap lahirnya anak mereka.
Namun, ternyata tidak seluruh pasutri dianugerahi seorang anak oleh Allah ‘Azza wa jalla. Bahkan jumlah pasutri yang belum memiliki anak setelah lama menikah, atau bahkan setelah mereka sama-sama tua pun tidak sedikit, meski tentunya pasutri yang dianugerahi anak oleh Allah ‘Azza wa jalla jauh lebih banyak. Meski begitu, tak jarang pula kita dapati keluhan kesedihan dari mereka yang sedikit ini perihal belumnya atau tidak memiliki anak.
Seluruh Kebaikan dan Keburukan Adalah Ujian
Sebagai insan beriman tentunya yakin bahwa apapun yang terjadi di alam ini tentu ada hikmahnya. Ada kebaikan di balik semuanya. Bila anak adalah hal baik di antara apa yang telah diusahakan oleh seseorang, tentu bila berhasil mendapatkannya merupakan kebaikan bagi seseorang. Dan seandainya seseorang dalam usahanya tidak memperoleh hasil, tentu tidak mesti merupakan keburukan. Mungkin memang buruk menurut kita, namun semuanya tentu mengandung hikmah yang baik pula. Sebab, kebaikan dan keburukan, termasuk punya anak maupun tidak, merupakan fitnah, ujian dari-Nya.
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 35)
Seluruh Aktivitas Kita pun Ujian
Tatkala Allah ‘Azza wa jalla menganugerahkan seorang anak kepada salah satu pasutri, artinya Dia ‘Azza wa jalla hendak menambah aktivitas pasutri tersebut sebagai ujian. Demikian juga tatkala Allah ‘Azza wa jalla mencegah hadirnya seorang anak dari salah satu pasutri, pun agar Dia ‘Azza wa jalla melihat aktivitas mereka yang juga merupakan ujian. Jadi, bila kita mau mentadabburi apa yang kita lakukan sebagai aktivitas keseharian kita, baik dengan hadirnya anak maupun dengan ketidakhadirannya sekali-pun, sungguh tidak ada yang lepas dari makna sebuah ujian.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al-Mulk [67]: 2)
Makna ayat tersebut bahwa Dia ‘Azza wa jalla menciptakan seluruh makhluk dari tidak ada menjadi ada agar Allah ‘Azza wa jalla menguji mereka (supaya diketahui) siapa di antara mereka yang paling baik amalan (aktivitas)nya.[2]
Bila makna tersebut sedikit dijabarkan, maka Dia ‘Azza wa jalla hendak menguji manusia yang kaya dengan kekayaannya supaya kelak ditanya tentang syukurnya, yang fakir dengan kefakirannya supaya kelak ditanya tentang kesabarannya, yang dianugerahi anak dengan anak-anak keturunannya supaya kelak ditanya tentang tanggung jawabnya terhadap mereka, serta yang tidak dianugerahi anak dengan kesendiriannya dengan pasangannya saja supaya kelak ditanya tentang amalan usaha mereka. Demikian seterusnya. Intinya, Allah ‘Azza wa jalla hanya ingin dari manusia seluruhnya amal usaha yang paling baik saja. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam:
إنََّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرةٌ ، وإنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرَ كَيفَ تَعْمَلُونَ ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاء ؛ فإنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إسرائيلَ كَانَتْ في النِّسَاءِ
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (menggiurkan), sementara Allah menjadikan kalian sebagai pemakmurnya agar Dia melihat apa amalan (yang kalian usahakan). Oleh karenanya, bertakwalah (kepada Allah pada) dunia dan kaum wanita, sebab sesungguhnya godaan pertama (yang membinasakan) bani Isra’il ada pada kaum wanita.” (HR. Muslim: 2742)
Anak pun Merupakan Ujian
Tidak saja aktivitas kita saja yang merupakan ujian, bahkan anak itu sendiri merupakan cobaan. Dia ‘Azza wa jalla berfirman:
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. al-Anfal [8]: 28)
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Artinya, cobaan dan ujian dari-Nya buat kalian. Sebab Dia ‘Azza wa jalla menganugerahkan semua itu buat kalian agar Allah mengetahui apakah kalian bersyukur kepada-Nya atas semua itu dan menaati-Nya dengannya, atau justru kalian sibuk dengannya dan asyik sekali sehingga melalaikan-Nya.”
Tak heran bila terkadang anak itu menjadi musuh bagi orang tuanya. (QS. at-Taghabun ayat 14) Maksudnya, terkadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Saat itulah kita harus waspada dari anak-anak. Ini pun makna sebuah ujian dan cobaan.
Tidak Punya Anak Ada Hikmahnya
Setelah semua itu, kita bisa memahami bahwa dianugerahi anak ataukah tidak sama saja berarti diberi ujian oleh Allah ‘Azza wa jalla. Semuanya agar manusia beramal yang paling baik menurut Allah dengan masing-masing ujian serta cobaannya. Yang punya anak agar beramal yang baik dengan anak-anak mereka, yang tidak punya anak pun agar beramal yang baik dengan tidak adanya anak.
Jadi, tidak punya anak pun menunjukkan bahwa di balik apa yang Allah kehendaki dari kita seluruhnya mengandung hikmah dan kebaikan.
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ. أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha kuasa.” (QS. asy-Syura [42]: 49-50)
Ibnu Katsir rahimahullah saat menafsirkan ayat tersebut, “Jadi, Allah ‘Azza wa jalla menjadikan manusia itu empat golongan, ada yang diberi anak-anak perempuan, ada yang diberi anak-anak lelaki, ada yang diberi dua jenis anak-anak lelaki dan perempuan, dan ada yang Dia cegah (anak-anak) darinya yang laki-laki maupun yang perempuan. Sehingga Allah jadikan ia mandul, tidak punya keturunan dan tidak diturunkan anak buatnya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, yaitu terhadap siapa yang berhak mendapatkan masing-masing bagiannya dari keempat bagian tersebut. Maha Kuasa, yaitu atas apa yang Dia kehendaki berupa (menjadikan) manusia berbeda-beda seperti tersebut.”
Beberapa Hikmah Tidak Punya Anak
Berikut ini beberapa hikmah di balik kehendak Allah ‘Azza wa jalla tidak memberi anak kepada sebagian manusia:
1. Sebagai tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa jalla. Sebagaimana Dia kuasa menciptakan manusia dengan keempat golongannya tersebut.
Ketika Allah ‘Azza wa jalla menciptakan Nabi Isa ‘Alaihissalam dari seorang ibu tanpa ayah Allah ‘Azza wa jalla sebutkan hikmahnya agar menjadi tanda dan sebagai rahmat. (QS. Maryam: 21)
Pun dalam hal tidak memberi anak, Allah ‘Azza wa jalla hendak menunjukan kekuasaan-Nya yang mutlak atas seluruh makhluk, agar makhluk meyakini dan bertambah iman dengan mengetahui hikmah ini. Sebab, di antara hal yang menambah iman ialah mentadabburi tanda-tanda kekuasaan Allah atas makhluk-Nya. Tentu bertambahnya iman merupakan kebaikan yang diharapkan layaknya seorang anak yang diidamkan.
2. Agar Allah ‘Azza wa jalla memberikan pahala yang lebih baik.
Tidak dipungkiri bahwa anak merupakan kebaikan. Namun tidak tentu kehadiran anak akan membuahkan pahala yang lebih baik. Bisa jadi tidak dianugerahi anak justru membuahkan pahala yang lebih baik dan lebih banyak lagi, hal ini sebagaimana yang tersirat dalam QS. al-Anfal [8]: 28).[3]
Mengenai QS. al-Anfal: 28 Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan adalah sebagai berikut, “Yaitu, pahala-Nya, pemberian-Nya serta surga-Nya jauh lebih baik bagi kalian daripada harta maupun anak-anak. Sebab, terkadang ada anak-anak yang justru menjadi musuh, sedangkan kebanyakannya tidak memberi kecukupan bagimu sedikit pun (dari adzab-Nya). Sementara Allah ‘Azza wa jalla, Dialah yang Maha mengatur, Maha merajai dan Pemilik dunia serta akhirat, juga dari-Nya ada pahala yang sangat besar, kelak di hari kiamat.”
3. Menguatkan semangat beramal baik.
Ketika seorang mukmin mengetahui bahwa seluruh aktivitas kehidupannya merupakan ujian dan cobaan dari Allah, agar diketahui siapa yang paling baik amalannya, maka bagi yang tidak memiliki anak akan semakin semangat beramal kebaikan. Sebab, saat ia melihat saudaranya yang diberi anugerah anak oleh Allah ‘Azza wa jalla, dia tahu bahwa itu ibarat medan amal bagi saudaranya. Medan untuk menambah amal shalih dengan memenuhi hak-hak anaknya. Sementara dia diberi medan amal yang berbeda. Dengan mengetahui hal ini seseorang akan terpupuk semangatnya untuk tidak mau kalah beramal meski ia tidak memiliki medan amal shalih seperti milik saudaranya.
4. Agar Allah mengingatkan kelemahan hamba-Nya sehingga tidak takabur lagi sombong.
Tatkala seseorang mengetahui saudaranya memiliki anak, dengan husnuzhan kepada Allah dan kepada saudaranya berarti ia mengetahui bahwa saudaranya itulah yang lebih layak mengasuh anak, mendidiknya serta mencukupi hak-haknya sehingga dianugerahi anak, bukan dirinya. Dengan begitu ia tidak akan sombong, namun tawadhu’ di hadapan saudaranya semata-mata karena Allah, dan lebih dari itu ia semakin merendahkan diri di hadapan Allah ‘Azza wa jalla.
5. Agar hamba-Nya memperbanyak memohon ampunan-Nya.
Tatkala seorang tahu bahwa dirinya banyak kelemahan dan kekurangan, ia akan memperbanyak istighfar. Memperbanyak istighfar merupakan sebab dianugerahkannya anak, selain merupakan kebaikan di atas kebaikan anak. Sehingga Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
“Berbahagialah orang yang kelak mendapati lembaran catatan amalnya terdapat istighfar yang banyak. “ (HR. Ibnu Majah: 3818, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami': 3930.)
6. Agar Allah menunaikan hak-hak anak-anak yatim dan fakir miskin.
Bagi rumah tangga yang tidak dikaruniai anak akan mencari obat rindunya terhadap kehadiran anak dengan berbagai cara yang dibenarkan syariat. Di antara yang bisa jadi pilihan adalah menyantuni anak-anak yatim dan terlantar lantaran miskin. Sehingga dengannya Allah ‘Azza wa jalla memenuhi hak-hak mereka untuk disantuni.
7. Agar Allah ‘Azza wa jalla melihat siapa yang berusaha mendapatkan anugerah anak dengan cara yang diridhai-Nya dari siapa yang bermaksiat kepada-Nya.
Syaikh Abu Bakar al-Jazairi mengatakan, “Dan tidak mengapa melakukan terapi penyembuhan dengan cara yang disyariatkan tatkala dirasa ada kemandulan. Adapun apa yang sekarang mulai bermunculan berupa bank-bank mani, atau mengusahakan kehamilan dengan cara menuangkan ovum (orang lain) yang telah dibuahi air mani orang lain (bukan suaminya) ke dalam farji perempuan mandul dan semisalnya maka itu semua merupakan perbuatan orang-orang ateis yang tidak beragama untuk Allah dengan ketaatan dan berserah diri terhadap qadha’-Nya, meski pelakunya puasa, shalat dan mengaku beriman. Sebab, tiada lagi rasa malu bagi mereka, dan tidak ada iman bagi orang yang tidak punya malu. Cukuplah keburukan perilaku kaum ini tatkala mereka membuka aurat-aurat tidak untuk menyelamatkan kehidupan dan bukan atas keridhaan Allah Rabb langit dan bumi.” [4]
8. Agar Allah tetapkan halalnya poligami dan haramnya zina.
Sebab poligami merupakan alternatif yang baik untuk usaha memiliki anak. Poligami dihalalkan, adapun selingkuh, berzina dan semisalnya adalah haram.
9. Menguatkan kualitas kesabaran seorang hamba.
Tatkala tidak punya anak dinilai sebuah keburukan, maka ia merupakan cambuk yang menggiatkan hamba agar meningkatkan kesabarannya. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan surat al-Anbiya’ ayat 35, “Yaitu Kami uji kalian terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dari yang kufur dan siapa yang bersabar dari yang berputus asa.”
Inilah sebagian hikmah dari rumah tangga yang belum memiliki anak. Tentunya masih terlalu banyak hikmah yang hanya Allah ‘Azza wa jalla saja yang mengetahuinya sehingga hanya berserah diri kepada qadha’-Nya dengan berharap seluruh kebaikan yang harus kita upayakan.
وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. al-Baqarah: 216) Wallahul muwaffiq.

Sebelum Kuiyakan Ajakanmu Bersanding Ke Pelaminan, Tolong Yakinkan Aku Akan 5 Hal Ini


Teruntuk kamu, sosok yang kelak akan membersamaiku mengarungi sisa perjalanan hidup, sebelum mereka meng'sah'kan ikatan suci cinta kita dalam hubungan yang di ridhoi oleh Sang Maha Cinta, ada beberapa hal yang perlu kau ketahui dan sekalipun kau sudah memahaminya tetap saja aku ingin mengingatkan kembali, tidak apa-apa kan ?
Tentu sudah bukan rahasia jika dalam alur perputaran alam semesta ini tak ada yang abadi, semua datang dan pergi silih berganti. Sekuat atau sehebat apapun kita tidak akan pernah bisa menolaknya. Kita hanya bisa menjalani skenario dari sang Maha Sutradara pemilik semesta dan berusaha mempersiapkan diri sebaik-baiknya kala waktu itu tiba. Namun, beberapa hal di bawah ini cukup menyita pikiranku, bisakah kau meyakinkanku ?

1. Saat waktu membawa pergi masa mudaku, akankah aku tetap menjadi yang tercantik di matamu?


Jujur saja, bukankah pepatah lama itu benar adanya bahwa cinta datang dari pandangan mata dan turun melalui getar-getar layaknya aliran listrik yang menjalar ke hati. Bukan sekali duakali kau memuji parasku yang kala tersenyum mampu mengalahkan legenda kecantikan ratu cleopatra, bahkan saat aku berlinang airmata kau tetap berkelakar
"Dunia melihatmu cantik. tapi bagiku kecantikanmu melebihi yang dunia lihat"
Terima kasih lelakiku, akan tetapi ada hal yang mengganggu pikiranku sayang. Kecantikan itu tak abadi, saat keriput dan kerutan2 halus mulai menghiasi wajahku, lalu binar mataku yang memudar, rambut yang memutih, dan gigi yang perlahan tanggal satu persatu. Masihkah definisi cantik itu melekat padaku di matamu ?

2. Ragaku yang melemah akan menjadi alasan kenapa aku terlambat melayani segala kebutuhanmu.


dan aku yang menua 
Saat aku masih muda, banyak hal akan kukerjakan sendiri selayaknya partner hidup yang telah kau pilih. Aktivitas rutin seperti membangunkanmu di pagi hari, menyiapkan menu sarapan hingga makan malam, mencuci tumpukan baju-baju kotormu, membersihkan rumah huni kita agar saat kau pulang dari letihnya mencari nafkah untukku membuatmu bisa kembali nyaman, dan kala malam menjelang hangat pelukku masih mampu membuatmu terlelap.
Atau sayang, jika kau mengizinkan aku bisa tetap bekerja dengan tidak melupakan kodratku setelah adanya kamu disisiku. Semua akan kulakukan untukmu dan untuk kita. Tapi sayangnya, aku punya keterbatasan saat tubuhku mulai ringkih, tentu aku tak bisa cekatan dan seringkali berbuat salah, apakah kau mau memaklumiku?
Tak akan ada lagi romansa cinta yang bergejolak dan menggebu-gebu.

Lukisan cinta kita penuh dengan warna dan romansa, kadang kita tertawa bahagia layaknya anak kecil yang mendapat jatah permen sepulang sekolah, tidak jarang juga kita menangis dan saling menggerutu karena kesalahpahaman dan ego diri yang belum stabil. Semua itu akan kita lalui bersama. Namun sayang, kisah romanyu kita tak selamanya menggebu-gebu.
"Kelak ketika menua kisah cinta kita akan berganti jadi cinta sahabat yang saling memiliki dan memahami, saling mengerti dan menjaga, saling setia dan melindungi, saling memberi dan menggenapi"
Percayalah sayang, meski tak seperti kisah dalam roman picisan kisah kita tetap terbuku indah.

4. Kita akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bercerita, mau kah kau melakukannya untukku?


Tak banyak yang bisa kita lakukan saat usia mulai menua, akan ada kebiasaan baru bagi kita yakni berbagi cerita.
Pagi hari saat menyeduh teh hangat kita akan bercerita tentang kicau burung di teras belakang rumah, ketika waktu beranjak siang kita mulai membicarakan perkembangan suhu politik yang sedang memanas, dan ketika bulan mulai memunculkan temaramnya cerita kita akan beralih pada kenangan-kenangan kita, dari awal kita bertemu, jatuh cinta dan saling memiliki.
"Sayang, kita akan punya banyak waktu untuk menghabiskan detik-detik yang berlalu, tolong singkirkan rasa bosan dan jenuhmu, bisakah kau ?"

5. Hingga saat Sang Maha Cinta meminta salah satu dari kita untuk kembali pada-Nya, tolong jangan ada airmata.


Sayang, kita tidak akan pernah tahu dimana letak ujung jalan yang kita lalui nanti. Apakah aku atau kamu yang terlebih dulu dipanggil kembali oleh Sang Maha Pemilik Kehidupan. Andaikan saja itu aku, bolehkah ku mohon satu hal padamu
"Perjalanan cinta kita terlalu indah jika harus dibalut dengan airmata, bukankah dari awal kita sudah paham bahwa tak ada yang abadi. Perpisahan adalah hal mutlak dari pertemuan, entah ditinggalkan atau meninggalkan."
Tapi sayang, ketahuilah bahwa aku merasa sangat beruntung pernah mengenalmu dan mendapat kesempatan menjadi wanita yang terpilih. Oleh karena itu demi aku dan demi cinta kita. Tolong berjanjilah bahwa kau akan selalu berbahagia, dengan atau tanpaku.
 

KAMU BUNCIT ?? KENALI JENISNYA DAN SOLUSINYA, DISINI !!!


Obesitas terus jadi masalah serius yang menyerang kesehatan manusia. Pada tahun 2014, jumlah orang di seluruh dunia yang mengalami kelebihan berat badan meningkat mencapai 2,1 miliar.

Namun tahukah Anda, bahwa ada enam jenis obesitas yang bisa menyerang tubuh manusia? Para ilmuwan telah mengidentifikasi jenis-jenis obesitas berdasarkan faktor penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya. Berikut penjelasannya, seperti dikutip healthfoodteam.com.

1. Obesitas makanan

Jenis obesitas ini didapat dari asupan makanan dan air yang berlebihan. Biasanya, penderita obesitas tipe ini akan mengalami penimbunan lemak di bagian tubuh atas yang menyebabkan perut buncit.

Sebagai solusinya adalah mengurangi jumlah makanan, gula, dan berolahraga minimal 30 menit setiap hari.

2. Obesitas kecemasan

Penyebab utama untuk jenis obesitas ini adalah kecemasan dan stres. Solusi untuk jenis obesitas tipe ini adalah mengontrol kegiatan fisik untuk mengelola kecemasan dan mengurangi stres.
 
3. Obesitas gluten

Obesitas tipe ini umum dialami oleh wanita, terutama selama masa remaja, menopause, atau saat mengalami ketidakseimbangan hormon.

Biasanya, penderita obesitas jenis ini akan mengalami penimbunan lemak di bagian pinggul dan paha. Cara terbaik untuk menanganinya adalah menghindari duduk dengan waktu yang lama, olahraga secara teratur, dan menghindari merokok.

4. Obesitas aterogenik metabolik

Obesitas tipe ini ditandai dengan perut yang sangat besar. Hal itu diakibatkan karena seluruh lemak tubuh terakumulasi dalam perut yang dapat menyebabkan masalah pernapasan.

5. Obesitas vena

Masalah kegemukan ini sering terjadi karena sirkulasi vena. Umumnya, masalah tersebut dialami oleh wanita selama kehamilan. Sebagai solusinya adalah melakukan banyak olahraga, misal, berjalan kaki atau naik tangga.

6. Obesitas kurang gerak

Ini adalah jenis obesitas yang umum dialami pada mereka yang minim gerak atau malas. Solusinya, lakukanlah beberapa jenis olahraga ringan dan perhatikan asupan makanan Anda untuk mengembalikan bentuk tubuh sempurna.

Masih Mau Coba Makan Saus Cabe dan Tomat Setelah Melihat Ini?



Suka makan bakso pakai sambal? Tipikal orang indonesia biasanya ga lengkap rasanya kalau makan ga pakai saos, memang nikmat dan lezat sih apalagi kalau lagi makan fried chicken dengan saus sambal. hmmm lezzaaatnyaa.. tapi dibalik lezatnya saus sambal itu terdapat bahaya mengintai anda. mau tau apa itu bahayanya?

mengejutkan, saus tomat dan sambal yang dihasilkan sama sekali tidak menggunakan bahan baku tomat dan cabai sama sekali. POLISI memeriksa bahan baku saat melakukan penggerebekan pabrik saus sambal di Jln. Cicukang, Kelurahan Caringin, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung..

“Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka (onggok) 27 kilogram, ekstrak bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50 gram, garam 4 kilogram, cuka 200 gram, pewarna sunset 1 ons, perwarna jenis poncau satu sendok, potasium fospat 50 gram, dan bibit cairan tomat 0,5 ons,” sebutnya.

Jadi saus dan sambal ini, lanjut dia, tidak pakai cabai atau tomat sama sekali. Tapi pakai esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai. Cara pembuatan saus dan sambal tersebut yakni dengan mencampur semua bahan dalam satu drum kemudian dilaruti air panas sebanyak 30 liter. Kemudian setelah itu diaduk.

“Setelah jadi, saus atau sambal tersebut kemudian dikemas dalam bungkus plastik yang sudah diberikan label dan cap serta ada tulisan bahan komposisi yang tidak sesuai dengan sebenarnya,” katanya.

Dia menjelaskan, saus dan sambal itu dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kota Bandung dan di seluruh Jawa Barat. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun. Dalam sehari, pabrik rumahan tersebut bisa membuat sambal dan saus palsu hingga 200 ton dengan keuntungan mencapai Rp 100 juta per harinya.



secara makna saja dari berita yang ada

“Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka (onggok) 27 kilogram, ekstrak bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50 gram, garam 4 kilogram, cuka 200 gram, pewarna sunset 1 ons, perwarna jenis poncau satu sendok, potasium fospat 50 gram, dan bibit cairan tomat 0,5 ons,” sebutnya.

diketahui:

Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia.

Ada saus sambal yang diproduksi secara HIGIENIS serta memperhatikan standar keamanan pangan. Tetapi sayang... banyak pula saus sambal ‘NON HIGIENIS’ yang diproduksi secara ilegal dan tanpa mengindahkan standar kesehatan pangan

Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa 8 dari 10 sambel saus sambal yang beredar di pasaran mengandung FORMALIN dan diperkirakan terbuat dari PEPAYA, UBI dan CABE BUSUK.

Selain itu, ditemukan pula beberapa kandungan zat kimia lain seperti pewarna TEKSTIL, pemanis buatan (ASKARIN dan ASPARTAM), sodium BENZOAT, dan KAPORIT, dalam SAUS SAMBAL tersebut.

Para produsen liar biasanya menggunakan cara ini agar bisa menghemat biaya produksi hingga 80 %. Bahkan kemasan saus sambal tersebut biasanya diambil dari kemasan saus sambal bekas ber merk yang bisa diperoleh dengan mudah di pasaran, sehingga para produsen nakal bisa mengemas dan memberi label baru untuk saus sambal buatannya.

Dampak Mengonsumsi Saus Sambal NON HIGIENIS 

Biasanya dampak kesehatan yang muncul akibat mengonsumsi saus sambal berbahan tidak sehat adalah lemas, pusing, dan mual sesaat setelah mengonsumsinya. Bahkan, jika dikonsumsi jangka panjang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan yang lebih parah seperti kanker, gangguan tenggorokan (radang tenggorokan), asma, gangguan pencernaan, dan gangguan sistem saraf motorik

► Tip Memilih Saus Sambal HIGEINIS

Untuk menghindari dampak merugikan dari penggunaan saus sambal berbahan tidak sehat, berikut ini adalah beberapa cara membedakan antara saus sambal HIGIENIS dan NON HIGIENES:

1. TERSTANDARISASI Depkes dan BPOM

Pastikan terdapat logo Departemen Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada kemasan saus sambal yang akan Anda beli. Pastikan juga tercantum tanggal kadaluarsanya. Jika tidak ada, berarti Anda wajib berhati-hati dan sebaiknya jangan membelinya.

2. CEK KOMPOSISINYA.

Baca di label kemasannya, apakah menggunakan bahan yang umum atau asing. Jika produsen tidak mencantumkan persentase dan takaran yang terkandung secara jelas, lebih baik anda memilih merek lain yang mencantumkan komposisi lebih jelas.

3. PERHATIKAN WARNANYA.

Saus sambal non higienis biasanya berwarna lebih mencolok dari saus sambal higienis. Warna mencolok ini didapat dari penggunaan pewarna makanan yang melebihi batas penggunaan sehat.

4. PERHATIKAN AROMANYA.

Pada umumnya aroma saus sambal higienis akan mengeluarkan aroma dari bahan baku pembuatannya, yakni aroma cabe atau tomat. Sedangkan saus sambal non higienis mengeluarkan aroma bahan kimia menyengat dan tidak mengeluarkan aroma cabe atau tomat.

5. UKURAN KEKENTALANNYA.

Saus sambal higienis biasanya lebih cair dan rata. Sedangkan saus sambal non higiensi lebih kental dan terdapat buih tepung. .

Kecermatan Anda dalam memilih bahan makanan adalah jaminan kesehatan Anda dan keluarga di masa yang akan datang. So... berhati-hatilah dalam memilih bahan makanan. Karena Sehat itu Harus

Share jika info ini bermanfaat

Sebelum Aku Sah Berdiri Satu Shaf di Belakangmu, 5 Hal Ini Harus Kamu Tahu


Bertemu denganmu adalah nikmat besar yang tak bisa aku dustakan. Sungguh aku tak sabar menanti hari dimana "kau" dan "aku" menjadi "kita". Akhirnya, aku akan tinggal bersama pria takdir yang telah lama kucari dan kunanti. Kali ini, izinkan aku menyampaikan 5 hal yang ada di kepalaku, agar kau bisa mempertimbangkannya sebelum aku sah berdiri satu shaf di belakangmu.
1. Bersamamu, aku ingin menumbuhkan cinta yang mempersatukan kita hingga di Surga nanti.

Maafkan aku karena pernah salah mencintai. Aku pernah menitipkan hatiku pada seseorang yang dulu kukira adalah kamu. Tentu saja akhirnya tidak indah. Hatiku patah. Namun perjalanan itu memberiku pelajaran besar, bahwa mencintai manusia adalah hal yang salah karena semua manusia pasti akan pergi. Sedangkan hanya Dia Yang Abadi.
Karena itu, jika telah bersatu, aku ingin kita lebih berhati-hati dalam mencintai. Akan kuletakkan hatiku di sebelah hatimu. Bersama-sama, kita isi kedua hati ini dengan kecintaan kepada Dia Yang Maha Menciptakan. Bersama-sama, kita bangun keluarga yang saling menguatkan untuk terus mengejar ridhoNya. Bersama-sama, kita lahirkan anak-anak yang lurus akidahnya, santun akhlaknya, dan luas pengetahuannya.
Bersama-sama, kita bangun keluarga yang menebar manfaat untuk banyak orang. Jika suatu hari nanti Dia meminta salah satu dari kita kembali padaNya, tidak akan ada lagi hati yang tersakiti. Karena tahu bahwa cinta ini akan mempersatukan kita lagi di surgaNya nanti. 
2. Sudah lama aku hidup sendiri. Semoga kamu bersabar mendampingiku berbenah diri.

Aku terbiasa tidur di kamar kos yang sekedar-nyaman-untuk-tidur-sepulang-kerja saja. Karena sudah terlalu lelah berjuang di tengah kemacetan Jakarta, aku tak peduli lagi dengan kabel-kabel charger yang melintang ke sana kemari di lantai kamar. Paginya, sering kali aku kebingungan memilih baju sebelum berangkat kerja dan berujung pada tatanan baju di dalam lemari yang berantakan setiap hari.
Selama ini, pelembab wajah, pelembab bibir, dan bedak bayi cukup bagiku karena yang kupedulikan hanya AC kantor yang membuat kering wajah dan bibir. Jika tidak ada momen penting, aku jarang sekali merias diri. Aku juga sudah lama terbiasa dengan makanan apa-saja-yang-gampang. Jangan tanya gizi, yang penting bisadelivery.
Banyak lagi yang harus dibenahi untuk hidup bersamamu. Aku ingin kamu tak perlu berpikir soal pakaian karena sudah kupilihkan saat kamu masih terlelap. Saat kamu bangun, kamar kita sudah tertata sehingga nyaman digunakan untuk sholat subuh berjamaah. Kemudian aku memasak—setidaknya aku bisa membuat sarapan yang memberikanmu cukup energi.
Lalu aku belajar merias diri agar senang hatimu jika melihatku. Lisan dan perilakuku juga harus dibenahi agar bisa menyejukkan hatimu ketika pulang mencari nafkah. Masih banyak lagi yang harus kubenahi. Semoga kamu bersedia bersabar mendampingi. 

3. Ajari aku menjadi bagian dari keluargamu, kamu pun begitu.

 

Katanya, menikah akan memperluas rezeki. Setidaknya, aku ingin mendapatkan rezeki berupa limpahan kasih sayang dari keluarga baru: orangtuamu, saudaramu, dan seluruh anggota keluarga besarmu. Kamu tahu, sifat manusia tidak sama. Aku, saudaraku, dan orangtuaku saja sering tidak sepaham untuk beberapa hal. Apalagi aku dan keluargamu yang jelas berbeda latar belakang dan budaya.

Ajarkan aku bahasa ibumu, hal yang disukai dan tidak disukai saudaramu, dan nilai-nilai yang dipegang keluargamu. Semuanya. Aku ingin bisa menyatu dengan mereka agar kelak aku bisa menjadi anak dari orangtuamu dan bagian dari keluarga besarmu. Kuharap kau pun bersedia belajar untuk menjadi anak dari orangtuaku, kakak bagi adik-adikku, dan bagian dari keluarga besarku.
Dengan begitu, pernikahan kita akan menjadi simpul yang mengeratkan dua keluarga yang saling menyayangi.

4. Kita fokus bangun keluarga baru. Tapi jangan sampai melupakan keluarga kita.



Aku tak bisa mendapatkan pendamping yang luar biasa sepertimu, tanpa pengorbanan orangtuamu sejak 25 tahun yang lalu. Pun kamu tak bisa mendapati aku sebagai “aku” tanpa pengorbanan orangtuaku. Karena itu, sambil membangun keluarga baru, kita harus tetap berusaha maksimal untuk berbakti kepada orangtua kita.
Orangtua memang tak mengharapkan apapun selain kebahagiaan kita. Mereka juga tak ingin mengganggu anaknya yang sedang sibuk membangun keluarga baru. Tapi pasti jauh di lubuk hati, mereka selalu merindukan kehadiran kita. Kita bisa mulai dengan yang sederhana, seperti membelikan ibu peralatan masak yang baru untuk mengisi waktu senggangnya, membelikan ayah barang yang berhubungan dengan hobinya, atau bisa juga mengajak mereka liburan bersama.
Jauh lebih penting dari itu semua, kita harus meluangkan waktu untuk menelepon atau sekedar chat setiap hari untuk sekedar bertanya kabar hari ini. Dengan begitu, semoga mereka tetap merasa memiliki kita walaupun kita sudah hidup terpisah dari mereka.

5. Apa yang akan kita lalui indah, tapi tidak akan mudah. Semoga kamu tidak menyerah.



Awal pernikahan pasti indah karena kita bisa bersatu dengan orang yang paling kita cintai. Seiring berjalannya waktu, kita mulai menemui kekurangan masing-masing. Mungkin kita akan bertengkar karena beberapa hal tak berjalan sesuai keinginan kita. Kata penelitian, wanita lebih sering berfikir dengan emosi, sedangkan pria mampu berfikir lebih logis.
Tentu saja, aku tetap akan berusaha berfikir tanpa emosi untuk mengambil keputusan yang tepat. Namun jika aku terlalu terlalu emosi dan ingin menyerah, kumohon kamu tetap tegar. Kamu adalah imam yang di tanganmu terletak segala keputusan. Seberapa kecilpun keinginanku untuk mempertahankan keluarga kita ketika itu, tetap ujung lidahmu saja lah yang menentukan apakah kita tetap bersama atau berpisah.
Kumohon, jangan menyerah! Seberapa sulit pun rintangan yang harus kita jalani, seberapa besar pun keinginanku untuk menyerah, jika kamu masih melihat ada kemungkinan keluarga ini untuk terus berjalan menuju keridhoan-Nya, tolong jangan kabulkan permintaan bodohku!