Saat ini kita hidup di tengah zaman yang dipenuhi oleh topeng kebebasan
yang kebablasan. Ada istilah globalisasi, ada juga yang menyebut
kemerdekaan berekspresi. Kemerdekaan untuk bergaul sebebas bebasnya
sampai lupa batasan antara laki laki dan perempuan, kebebasan yang
semakin tidak terkontrol dan pada akhirnya penyakit seksual semakin
tidak terkendali. Apakah kebebasan seperti ini yang kita inginkan?
Salah
satu implikasi dari keadaan ini adalah semakin maraknya praktek
praktek aborsi. Jika saja ibu muda yang hendak aborsi bisa mendengar
bayinya berbicara, sepertinya tidak akan ada yang tega mendengar darah
dagingnya meregang nyawa di dalam rahim.
Sebagai renungan buat
kita semua, di bawah ini sengaja saya copykan catatan sahabat saya
Wahyu Setyo Wibowo yang mencoba mengetuk nurani kita dengan pengandaian
"Jika bayi aborsi dapat bicara", mungkin dia akan berkata seperti di
bawah ini:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ibu,
saat ini aku gembira sekali, aku berada ditempat yang hangat, dan
nyaman, tapi gelap. Ah..tapi itu tidak masalah, aku tetap gembira
sekali, Allah telah memilihkan tempat ini untukku. Aku bisa mendengarkan
kau tersenyum, mendengarkan suaramu yang lembut.
Tapi..
Ibu...aku ingin bertanya, kenapa hari ini kau menangis, malam ini aku
juga mendengarmu menangis, bahkan ketika tangisanmu semakin menjadi,
tiba- tiba kau memukul ku, yang masih ada dalam perutmu. Aku kaget
sekali. Ibu.. aku ingin sekali memelukmu dan bertanya kepadamu, kenapa
kau bersedih? Dan siapa yang telah membuatmu menangis? tapi kau terus
memukulku.. sakiiiit bu..
Ibu, aku ingin bertanya, kenapa hari
ini kau memaki- makiku, aku bahkan tidak tau apa salahku. Yang ada kau
hanya berteriak sambil menyebutkan nama seseorang yang kau katakan
sebagai “ayah”ku, seseorang yang kemarin memukulmu dan aku Ibu aku
ingin membelai wajahmu dan mengusap air matamu, aku ingin mengatakan
aku sayang Ibu agar Ibu tenang, tapi aku lihat tanganku masih terlalu kecil untuk bisa merangkul bahkan membelai
wajahmu..Tapi tenanglah bu, aku benar-benar akan membahagiakanmu saat
aku tumbuh besar nanti. Aku akan menjadi jagoanmu dan melindungimu, agar
tidak ada lagi yang menyakiti Ibuku.
Ibu, kenapa seharian ini
kau tetap menangis, apa aku berbuat salah?... Ibu hukumlah aku jika aku
salah tapi tolong usir benda ini yang menarikku, Ibu dia jahat padaku,
dia menyakitiku, Ibu tolong aku.. sakiiiiit kenapa kau tidak mendengar
teriakanku, bu... dia menarik kepalaku, rasanya leherku ini mau putus,
dia bahkan menyakiti tanganku yang kecil ini, dia terus menarik, dan
menyiksaku..sakiiit...oh, Ibu tolong hentikan semua ini, aku tidak kuat
menahan kesakitan seperti ini...Ibu.. aku sekarat..
Ibuku
sayang, kini aku telah bersama malaikat, aku bertanya padanya, apakah
aku dibunuh? dia menjawab “aborsi”. Ibu, aku masih tidak mengerti apa
itu aborsi. Yang aku tau sesuatu itu telah menyakitiku dan aku sedih
bu.. teman- temanku di surga bilang, kalau aku tidak di inginkan. Ah
aku tidak percaya, aku mempunyai Ibu yang sangat baik dan sayang
padaku.
Mereka juga berkata, karena aku Ibu merasa sangat malu?.
Ibu itu tidak benar kan? Aku kan jagoan kecil Ibu yang akan
melindungimu, kenapa Ibu harus malu? aku janji tidak akan nakal dan
membuat Ibu malu.
Bahkan mereka tetap bilang padaku,kalau Ibu
sendiri yang membunuhku!!. Tidak. Ibuku tidak akan sekejam itu, Ibuku
sangat lembut dan mengasihiku maapkan aku bu, aku telah berusaha sekuat
tenaga untuk bertahan. Karena aku ingin membahagiakan Ibu. tapi
sekarang malaikat telah membawaku kesini, karena kejadian itu. Benda
itu telah mengisap lengan dan kakiku hingga putus dan akhirnya
mencengkeram seluruh tubuhku. Ibuku..Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku
sangat ingin tinggal bersamamu. Aku tidak ingin pergi... Tapi... Ibu,
aku sangat ingin mengatakan aku sayang Ibu, walaupun aku belum sempat
bernafas dan melihat wajahmu, biarlah aku sendiri yang merasakan
sakitnya diperlakukan seperti itu, asal jangan Ibu. Maafkan aku karena
gagal menjadi jagoan yang akan melindungimu. Selamat tinggal Ibu...